
BATAM,potretkepri.com- Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) , bekerja sama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia, memilih 10 pewarta sebagai pemenang pada ‘lokakarya wartawan meliputan perubahan iklim’ yang digelar di Planet Holiday Hotel,pada tahun lalu.salah satu dari pemenangnya adalah wartawan Batam,Zaki Setiawan dari Koran Sindo Batam.
Sebanyak 10 pemenang travel fellowship yang mewakili provinsi/kota asal berbeda ini, selanjutnya diberangkatkan ke Jakarta pada Senin (17/3/2014) untuk selanjutnya disebar ke daerah ketiga. Setiap peserta akan ditempatkan di satu provinsi tujuan diluar pulau Jawa, untuk meliput perubahan iklim yang terjadi di wilayah itu.
“Saya mengirimkan tulisan mengenai dampak penebangan hutan bakau di Kota Batam. Sekarang saya sudah berada di Jakarta untuk mengikuti rangkaian kegiatan yang diselenggarakan LPDS bekerjasama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia,” kata Zaki Setiawan ,saat dihubungi melalui sambungan telepon,pada Senin (17/3) sore tadi.
Zaki mengatakan, inti dari tulisan yang sebelumnya ia kirim adalah penebangan tanaman bakau di sepanjang bibir pantai di Kepri menjadi pemicu terjadinya abrasi sehingga jika tidak ada penanaman kembali bakau pengganti, diprediksi dalam lima tahun ke depan, 10-15 persen luas daratan Kepri akan hilang akibat abrasi.
Narasumber kegiatan tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepri, Edi Wan menjelaskan, abrasi terjadi akibat ketidakseimbangan ekosistem laut yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya di laut, seperti karang, bakau, dan pasir yang merupakan faktor dominan bagi ketahanan daratan atau pulau.
Ketiga ekosistem ini saling mendukung, jika salah satunya rusak, maka akan mengancam kerusakan ekosistem lainnya.
“Keberlangsungan kehidupan karang diantaranya ditentukan oleh hewan karang. Hewan ini sangat sensitif dengan pencemaran atau limbah. Hewan yang biasa menempel pada karang ini akan pergi jika merasa tidak nyaman yang akhirnya akan mengakibatkan karang menjadi rapuh,” ucapnya.
Begitupun dengan tanaman bakau di bibir pantai, ketiadaannya akan menyebabkan limbah tidak bisa terurai. Limbah merupakan ancaman berbahaya bagi kesuburan ekosistem laut, yang ditandai dengan sedikit-banyaknya jumlah ikan.[ran]